Saturday, April 2, 2011

Vongola Occult Academy

“ Aku butuh sebuah teleport! Teleport saya keluar dari sini! Aku sedang dikejar oleh monster—monster yang belum pernah kulihat sebelumnya! Lupakan kuncinya!”

“ Tenang. Kami akan mengirimkan teleport-nya.”

“ah—itu dia!”

.

.

.

“dia…tidak berhasil kembali…”

“bahkan nomor 5 tidak bisa melakukannya”

“berapa banyak itu yang tersisa?”

“hanya satu, nomor 6”



Disclaimer      : KHR @ Amano Akira

Vongola Occult Gakuen @ Mar-sama

Alur cerita @ Seikimatsu Occult Gakuen

Rating             : T

Warning          : AU, alur cerita sebagian besar ngikutin Seikimatsu Occult Gakuen, OOC, aneh, gajelas, genben





Seorang gadis berambut cokelat panjang, mengenakan dress berwarna putih masuk ke dalam sebuah taksi. Menenteng koper besar berwarna oranye ke dalamnya.

Vongola Academy” gadis itu berkata dingin

“oh, yang berada di Namimori. Apa yang membawa mu kesana? Nona muda—oh, aku baru ingat. Belum lama ini kepala sekolah disana baru meninggal akibat serangan jantung. Ada beberapa hal aneh mengenai sekolah itu, hantu, monster, fenomena supranatural—hah, sesuatu yang tak normal di abad ini” supir taksi itu berkata sembari tertawa

“….” Gadis itu menghiraukannya, mengalihkan pandangannya ke jendela

“nona muda, apakah kau tahu apa yang mereka panggil untuk tempat itu?” supir taksi itu bertanya, pandangan gadis itu pun mengarah ke supir taksi tersebut.

“ ya, aku tahu”

Sekitar 15 menit berada dalam taksi. Gadis itu turun di sebuah gedung bertuliskan ‘Vongola Academy.

“sampai juga, Vongola Academy—bukan Occult Academy” gadis itu menyeringai. Memasuki salah satu gedung yang ada disana. Dengan angkuh.

“ah, saya Oregano, wakil kepala sekolah. Saya turut berduka cita atas kematian pak kepala sekolah.” Wanita berambut pink bernama Oregano mengampiri Tsunayoshi yang tengah berdiri didepan pintu, menunduk, menangis kecil dan mengeluarkan cairan yang ada didalam hidungnya.

Gadis berambut cokelat itu mendelik geli, bagaimana mungkin seorang dewasa masih ceroboh ,  mengeluarkan cairan dari hidung itu di depan orang lain, mana langsung menetes pula!

“ah, maafkan saya, mari lewat sini” Oregano segera melap cairan yang keluar dari hidungnya dengan tangan kirinya, dan membawa koper gadis itu menggunakan tangan kirinya juga. Gadis itu langsung memasang muka ‘menjijikan’, melihat kearah koper malangnya dengan rasa jijik.

“sudah lama ya….” Gadis berambut cokelat tua pendek berkata kepada temannya

“apakah itu? Tsunayoshi yang pernah kau ceritakan?” gadis berkacamata berambut hitam bertanya

“ya, dia teman kecilku. Anak satu-satunya dari Sawada Iemitsu-san, Sawada Tsunayoshi” gadis berambut cokelat tua mengarahkan pandangannya kearah Tsunayoshi yang tengah duduk di sebuah kursi

“dia terlihat…er….dingin..dia datang terlambat di pemakaman ayahnya, dengan muka yang datar seolah tidak terjadi apa-apa.  Dan dia mengenakan baju putih.”

“yah—seperti itulah sifa—“

“berdoa selesai” Oregano berkata, diatas podium.

Gadis berambut cokelat tua dan hitam langsung membungkam mulut mereka. Murid-murid membetulkan posisi berdiri mereka.

“ada sesuatu yang harus kalian dengar. Kami menemukan ini di meja kepala sekolah, dan ini sebuah pesan perpisahan dari kepala sekolah untuk kalian. Silahkan mendengar pesan terakhir kepala sekolah” Oregano menunjukan sebuah kaset dan segera memasukkannya ke dalam tape.

[“para siswa dan semua yang kusayangi. Saya membayangkan bagaimana peti mati saya terletak didepan anda sekalian, namun yang berada di dalam ini hanyalah sebuah tubuh yang tak dapat melakukan apapun. Saya harap anda sekalian akan terus menegakkan filsafat sekolah ini, seperti apa yang sudah dijelaskan filsafat Giotto Vongola. Kamu tidak boleh takut terhadap okultisme, kebenaran bukanlah yang terletak pada mata! Tetapi mata hati! Kemarin saya membaca sebuah buku kuno, mantra didalamnya sedikit mengganggu saya…ah….tunggu….dimana buku itu….ah, ini dia… sanguis bebimus edimus corpus! Ave satan!...”]

“A—“

.

.

.

[“ahaha—salah mantra—itu mantra untuk memanggil roh kuno yang mati—“]

PETS

Lampu yang terang seketika itu mati. Burung yang bertengger di atap gedung itu segera terbang menjauh. Seketika itu, mucul asap berwarna ungu yang memenuhi ruangan.

“siapa….siapa yang telah mengganggu tidurku…mengapa kau mengganggu tidurku….?” Asap ungu yang memenuhi ruangan berkumpul menjadi satu, menunjukkan siluet wajah dan memasuki peti mati—tempah di mana tubuh kepala sekolah diletakkan.

Peti mati yang tadinya tertutup terbuka. Sebuah tangan terlihat keluar dan mencengkram pinggiran peti mati itu.

“….akan kubunuh….” Sesosok tubuh keluar dari peti itu, terbalut dalam asap berwarna ungu

“….akan kuseret ke neraka!”

Seketika itu, foto kepala sekolah yang diletakkan di depan peti matinya pecah, asap berwarna ungu kembali memenuhi ruangan itu.

“KYAAAAAAAA!”

Para murid panik, berlarian tunggang langgang. Berusaha menyelamatkan diri sendiri. Seorang gadis berkacamata terjatuh, kacamatanya lepas dan terlihat berusaha mencarinya.

“O-oregano-sensei! Apa yang harus kita lakukan!” seorang pria berjas hitam bertanya kepada perempuan berambut pink itu dengan panik.

“se-segera keluarkan anak-anak dari sini!” perintah Oregano

“kacamata….kacamata…” gadis berambut hitam meraba lantai diseitarnya, berusaha menemukan kacamatanya. ‘ah! Ini dia! HA—“ gadis itu tepaku dilantai saat melihat monster itu sedang menerjang menujunya.

“I-IPIN!” gadis berambut cokelat tua berusaha melawan arus untuk menyelamatkan temannya.

“cih” Tsunayoshi bangkit dari kursinya, mengambil kursi yang barusan ia duduki dan melemparnya kearah monster tersebut. Monster itu terlempar dan masuk ke dalam peti mati. Sebelum monster itu sempat bangkit, Tsunayoshi menutup peti mati itu dengan kasar—menggunakan kaki kanannya. Dengan kasar pula dia mengambil sebuah mic yang ada didekatnya.

“KALIAN SEMUA DIAM!” dia berteriak. Murid-murid dan para guru menolehkan pandangan kearahnya.

“di dunia ini tidak ada yang namanya roh—monster—atau sejenisnya! Ini hanyalah…ini hanyalah…. Sebuah pentas!”

“pe-pentas?”

“benarkah?”

“kau yang disana! Akuilah kalau ini hanyalah sebuah pentas! Ada beberapa trik didalamnya kan!” Tsunayoshi menunjuk kearah Oregano. Oregano dengan panik menggelengkan tubuhnya menandakan bukan.

“cih, apapun itu. Kalian semua telah ditipu! Kalian semua telah ditipu oleh Sawada Iemitsu! Giotto Vongola mendekripsikan sesuatu yang gaib sebagai minoritas agama, seperti Gnosticism dan Manicheans. Dengan kata lain, pernyataan Vongola tentang okultisme hanyalah jenis arkeologi agama! Kepala sekolah hanya mengambil dan menafsirkan arti itu seluas mungkin dan memasukkan roh, UFO dan sejenisnya dan mengambil keuntungan dari rasa ingin tahu yang anda miliki! Dan…eh?” perkataan Tsunayoshi terputus saat menyadari sesuatu yang aneh, Dia menoleh kepalanya ke samping. Didapatinya monster itu tengah berdiri di sampingnya.

Monster itu mentackle-nya, membuatnya terlempar dan terjatuh dengan pose yang….kurang elit. Monster itu terbang dan membuat suara tawa aneh, para murid yang tadinya sempat diam kembali menjadi panik. Beberapa guru yang berhasil mendobrak pintu yang tertutup segera menggiring murid-murid keluar satu persatu.

“kamu tidak akan bisa pergi” monster itu tertawa, terbang dan memecahkan atap yang terbuat dari gelas. Kabur, lebih tepatnya.

“Tsunayoshi!” perempuan berambut cokelat tua memanggilnya

Mendengar namanya dipanggil, Tsunayoshi mengangkat wajahnya, mengibas rambut yang menutup wajahnya. “ah, sudah 5 tahun, Haru”

“ya sudah 5 ta—tunggu, apa yang sedang kau lakukan disini? Tsunayoshi? Dan, apa maksudmu dengan pentas?” Haru bertanya

“HA—? Di-dimana dia? Kemana dia pergi?” Tsunayoshi bertanya, meencari sesosok monster itu

“ah, kepala sekolah sudah kabur” Haru menjawab, menunjuk atap yang pecah

Tsunayoshi bangkit dan berjalan menuju pintu keluar, “ini tidak baik. Kita harus buru-buru atau orang lain akan menjadi korban”

“eh—korban?”

Tsunayoshi menoleh ke belakang, kearah Haru “nanti akan kujelaskan” selesai berkata, ia keluar dari gedung itu.


(di dalam perpustakaan)

“sepertinya kepala sekolah melarikan diri ke dalam bangunan utama”

“ini tidak akan mudah, menemukannya di bangunan sebesar ini”

“pertama-tama, kita perlu membongkar identitas roh itu. Euh—sanguis bebimus corpus” gadis berambut hitam berkacamata tengah membolak-balik sebuah buku.

“itu sebuah Lamie. Di Mesir Kuno, ada peradaban hilang bernama Laroca. Itu mantra untuk menghidupkan kembali semangat mati, yang disebut sebuah Lamie.” Celetuk Tsunayoshi

“wah, kau benar benar jenius! Ah, maaf. Namaku I-pin, aku teman sekelas Miura Haru. Terima kasih banyak telah menyelamatkanku saat itu. Uhm, aku turut berduka cita atas kematian ayahmu. Aku sangat menghormati ayahmu, oleh karena itu aku memutuskan bersekolah disini. Meskipun nilaiku sedikit rendah, aku ingin menjadi seperti dia—”

“kau ingin menjadi ruh mati?” potong Tsunayoshi

“aku—“

“yooo! Aku sudah membawa beberapa orang yang mungkin bisa membantu! “ Haru masuk ke dalam perpustakaan. Dibelakangnya muncul dua pria.

“ini adalah Gokudera Hayato, guru musik yang tergila-gila pada sesuatu yang berbau okultisme. Yang ini Yamamoto Takeshi, guru olah raga, dia pintar dalam berkelahi jadi kupikir ku bawa saja” ujar Haru. Menunjukkan dua pria berambut silver dan hitam.

‘entah kenapa…dari tampang mereka, kurang menyakinkan’ pikir Tsunayoshi

“jadi, apa yang bisa mereka lakukan?” Tsunayoshi bertanya, menunjuk 2 pria itu dengan jari telunjuk dan tengahnya.


“ya….aku merasakannyaa! MERASAKANNYA!” Gokudera berteriak, memegang dua buah stik besi ditangannya

“apa yang dia lakukan?” Tsunayoshi bertanya

“pencarian roh!” Haru menjawab dengan mantap

“aku merasakannyaaa!” ujar Gokudera, berjalan menuju arah yang ditunjukkan stik besinya.

Mereka berjalan dan terus berjalan. Menaiki tangga demi tangga.

“Tsunayoshi, kau tidak apa-apa? Mau istirahat sebentar?” Haru bertanya, khawatir melihat Tsunayoshi yang sedikit letih.

“tidak terima kasih” Tsunayoshi berjalan, menghiraukan Haru dan I-pin.

“neh, sebenarnya Tsunayoshi itu orang yang seperti apa? Dia tahu berbagai jenis roh namun hanya menyebutnya makhluk yang tidak ada” Tanya I-pin

“yah—aku tidak tahu kenapa. Namun Tsunayoshi adalah anak yang baik, walaupun sedikit jahil” Haru menjawab

“o….eh, apa ini?” I-pin mengelap kacamatanya dengan tangan, melihat ada cairan berwarna hijau yang menempel ditangan dan kacamatanya.

“karena Tsunayoshi, aku ada disini…oi….I-pin?”

“energinya semakin menguat…dia datang dari arah sini” Gokudera berkata, menunjuk arah didepannya.

Secara tiba-tiba, lampu mati secara bergilir. Semua menjadi waspada.

“DIA DATANG!” Gokudera berteriak

Tiba-tiba, stik besinya mengarah kearah yang berlawanan. Mereka langsung mengarahkan badan kearah yang berlawanan.

“….” Tsunayoshi menunjukkan muka jijik, melihat cairan warna hijau berjatuhan

“aku akan membunuhmu….kalian semua, akan kubunuh!”

“itu menjijikkan…” ujar Tsunayoshi, menyipitkan matanya

“ I-pin!” Haru berteriak

‘I-pin’ segera berlari, menerjang kearah Haru.

“AWAS!” Yamamoto mengeluarkan bat-nya, mengayunkannya dan mengenai wajah ‘I-pin’.

‘I-pin’ bangkit kembali, kali ini menerjang Gokudera. Yamamoto yang melihatnya langsung mengayunkan bat-nya kearah ‘I-pin’ dan memukulnya berkali-kali menggunakan bat.

“itu tidak berguna, untuk menghentikan Lamie, kau harus menemukan orang pertama yang memilikinya.” Ujar Tsunayoshi

“apa maksudmu?” Yamamoto bertanya. ‘I-pin’ yang merasakan ada celah, memuncratkan cairan berwarna hijau kearah Yamamoto. Membuatnya terpental.

“Tsunayoshi” mata putih ‘I-pin’ menoleh kearah Tsunayoshi. Lalu berlari meninggalkan mereka.

“tunggu!” Tsunayoshi mengejar I-pin

“bahaya Tsunayoshi! Jangan pergi seorang diri!” Haru berteriak namun dihiraukan oleh Tsunayoshi.

“untuk membunuh Lamie….” Tsunayoshi berlari dan terus berlari. Membuka pintu demi pintu dan memasuki sebuah ruangan.

Mata cokelat besarnya terus mengawasi sekeliling ruangan. Perapian. Pohon Natal. Dekorasi natal.

“Tsunayoshi” Tsunayoshi menoleh, dilihatnya meja makan penuh hidangan dan seseorang duduk di atas kursi.

“papa”

“maafkan aku. Kau benar, semuanya hanyalah sebuah trik, yang direncanakan sejak awal”

“kenapa?”

“karena kupikir, kau tak akan datang kecuali jika kamu pikir bahwa saya sudah mati. Kau dan ibumu. Aku merindukanmu, apakah kau dan mama dalam keadaan baik? ”

“mama, meninggal 2 tahun yang lalu”

“begitu…maafkan aku,  aku terlalu banyak menghabiskan waktu meneliti okultisme dan sekolah ini, aku mengabaikan keluarga, mengabaikan kamu.”

“papa”

“aku melupakanmu. Aku gagal sebagai seorang ayah”

“hentikan papa!” meneteskan air mata, Tsunayoshi berlari menuju kearah papanya, memeluk lengannya dan menangis. “tidak apa-apa papa…tidak apa-apa…”

“Tsunayoshi” ayahnya membalas pelukannya

“nah, sekarang mari kita pergi. Aku ingin papa menunjukkanku lebih banyak dari sekolah ini” ujar Tsunayoshi, bangkit dari duduknya.

“itu benar, aku memiliki banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu” ujar ayah

Tsunayoshi menghentikan langkahnya “nee, papa, kau tahu sesuatu? Mereka mengatakan roh jahat bisa membaca pikiran orang dan jiwa, untuk mengambil keuntungan dari kelemahan mereka yang terdalam..”

“….”

“dan untuk menghentikan Lamie, kau harus memotong kepalanya” ujar Tsunayoshi, memegang kapak dan berjalan mendekati ayahnya.

“he-hentikan Tsunayoshi, apa yang kau bicarakan?” ayahnya mundur perlahan demi perlahan

Tanpa ragu, Tsunayoshi mengayunkan kapak itu. Tepat mengenai leher ayahnya. Membuat kepalanya terputus dan jatuh. Tubuh ayahnya jatuh. mengeluarkan asap berwarna ungu dari lehernya yang terpotong.

“Tsunayoshi!” pintu dibuka. Terlihat sosok Haru dan I-pin yang terengah-engah.

“a…..Tsunayoshi…” Haru kaget, melihat ruangan yang ditempati Tsunayoshi. Terdapat kursi yang ditempeli paku tajam. Kapak-kapa besar yang menggantung. Dan tubuh kepala sekolah tanpa kepala, dari dalam lehernya keluar cairan berwarna hijau.

“aku…” Tsunayoshi melihat kearah kapaknya.

‘aku mencintai ayahku. Dialah yang membiarkanku mempercayai hal-hal yang tak dapat dilihat oleh mata. Hanya mata hati yang dapat melihat. Tapi…hal itu mendorong ayah  menjadi gila…tempat ini…Occult Academy…’


“ini akan melakukannya” seorang wanita berambut pink mengoleskan cairan berwarna hijau ke kepala kepala sekolah dan menempelkannya ke badannya.

“jangan sampai lengah, gadis itu adalah anak kepala sekolah!”

“ya”


Tsunayoshi duduk sendiri di atap. Duduk di tepinya. Melihat langit sore yang akan membenamkan matahari.

‘okultisme ini hanya akan mengancurkan orang. Suatu hari, sekolah ini akan membawa bencana. Benih-benih khayalan yang ditaburkan, dan itu akan merusak seluruh dunia. Sebelum itu tejadi…..aku akan menghancurkan sekolah ini, itulah alasanku kembali!’ Tsunayoshi bangkit dari duduknya, berjalan menuju arah matahari.

“AKU BENCI HAL-HAL GAIB!” dia berteriak sekencang-kencangnya. Perasaan kesal berkecamuk dihatinya.

PLUK

“o—uh…ponsel?” Tsunayoshi berjalan menuju arah posel dan mengambilnya.

“Hah?” dia kaget saat melihat sebuah cahaya berwarna oranye-kekuningan. Cahaya itu berakhir di atas atap tempat ia sedang berdiri. Dia melihat sesosok manusia yang turun dari cahaya itu.

“hah, itu melelahkan…” manusia itu melepas google-nya. Tsunayoshi masih mematung, matanya membelalak tak percaya.

“huh?”

tsuzuku

hohoho, ke publish juga ini cerita... TTATT senangnya diriku...gak nyangka hasil ngebut sama jam Hello Kitty membawa hasil yang sedikit indah ini TTATT...meskipun ini cerita ancur banget, skill nulis gue nurun drastis. ke cuci sama pelajaran kali ya...ha....mencuci dengan pelajaran emang lebih bersih dari pada nyuci make rins* /#loh #promosi

No comments:

Post a Comment